Surat dari Perempuan Paling Rindu se-Metro

Sebentar.

Setelah banyak melewati pertemuan dengan begitu banyak cerita yang kehilangan juntrungan, sekarang, giliran kamu, hanya kamu yang mendengar. Ya, cukup menjadi pendengar.

Aku ingin berbicara sedikit, tidak perlu banyak, bagaimana tentang betapa kamu sudah masuk begitu dalam pada setiap elemen kehidupanku. Bukan saja soal asmara yang membuat kita kemarin, esok, dan nanti akan menghampiri medan naik-turun, jatuh-bangkit, luka-bahagia dalam dinamika romansa.

Aku punya waktu khusus untuk membicarakan perihal yang satu itu. Akan tetapi, Ini tentang yang beda, hal yang lain lagi. Sesuatu yang tanpa kamu sadari sudah menjadi bagian dalam kehidupanku. Hal yang tanpa kamu tahu membuatku terkadang begitu takjub sekaligus keheranan, tapi ya merasa rindu juga jika tak ada. Jadi, perkara itu bernama;

Keunikanmu.

Ada sesuatu yang membuatku geregetan, letaknya di dalam kepalamu, --yang aku sendiri pun, sampai sekarang belum bisa menebak apa itu-- yang membuatmu melihat segalanya sampai pada sudut terjauh, pada detail terkecil, dan lubang terdalam, paling dalam. Sehingga tak ada lagi perkara remeh, buat kamu perkara remeh adalah masalah kecil yang apabila dibiarkan akan menjadi kebiasaan. Tidak ada satu perkara sederhana yang tidak penting, semua penting, dan semua telah kamu pikirkan dengan sederhana, mantap, juga rumit, serius tapi tak terburu-buru.

Seperti pada suatu kali kita membelah jalanan Bandar Lampung dalam kecepatan, jika aku tidak salah tebak 40-60 Km/Jam, aku sedang dalam keadaan mengantuk pada saat itu, kecapekan juga tentu, sehingga yang ingin aku lakukan hanya meletakkan kepala di punggungmu sebagaimana yang kebanyakan orang lakukan.

Namun, kamu sepanjang jalan banyak menceritakan hal-hal unik sehingga mata dan badanku tak lagi berseteru. Telingaku begitu mendengar dengan apik segala celotehmu. Kamu banyak bercerita bagaimana melawan diri sendiri, kamu menjadikan setiap kegagalan serupa jalan lain dari hidup yang memang selalu penuh kejutan. Memberikan ruang kosong kepada diri, sesekali untuk istirahat sesekali untuk menabung segala energi.
  
Atau pada kali lain, telingaku harus bersahabat dengan kalimat, 'jangan lupa minum, puj.' aku senang sekali memang menolak air karena tidak suka minum, -ini adalah hal yang paling sering aku lakukan- kamu tahu aku punya permasalahan dengan air. Mungkin aku memang dikutuk untuk tidak pernah merasa haus dan kemudian merasa harus minum. Dan ya, seperti biasa, kamu terus memberitahuku karena aku akan tidak baik-baik saja jika kekurangan cairan. Parahnya, ancaman menandaskan rindu bisa lebih membahayakan apabila ada kalimat keluar, 'iya kita nanti ketemu, tapi sehatkan dulu badanmu'


Padahal, ya, kalau saja kamu tahu, aku itu sebenernya suka minum, lho. Cuma ya memang airnya saja yang tidak mau nyamperin, sampai akhirnya kamu memberi solusi bikin alerta pakai foto kamu yang diberi tulisan serupa peringatan minum. Tapi ya gimana, malah fokusnya ke fotomu terus. Jika sudah begitu, masa masih salah aku juga sih?

Atau pada suatu saat kamu banyak bercerita perihal blog, aku malah sibuk melihat matamu.  Sialnya, kamu tetap terus bercerita dan aku bisa tetap takjub dengan selipan-selipan kapitalis yang dikemas dengan bahasa indahmu. Coba kamu juga menatap mataku saat itu, bukan malah menatap layar notebooknya.

Oh iya, ngomong-ngomong tahu nggak sih kamu bahwa nikmatnya bercerita itu justru adalah pada saat saling menatap? Nah, kamu harus coba deh sekali-sekali, kamu pasti akan setuju denganku. Ah, tapi sudahlah. Untuk urusan ini, kamu selalu jadi pihak kontra yang mengerahkan segala cara untuk membuatku menjawab singkat. 'oh iya juga ya'

Ah tapi tak masalah, itu perkara lain, sekarang, sadarkah kamu betapa sebenarnya matamu begitu jeli melihat sesuatu? Seperti pada saat kamu menelponku dan menceritakan Bintang 'L' itu, atau saat kamu diam-diam membetulkan wall bloggku yang tak rapi, atau saat memesankan minum lebih agar aku bisa minum lebih banyak, atau memberi pengetahuan perihal sesuatu dengan begitu mudah sehingga pada saat aku membutuhkannya aku tak kebingungan karena kesal dengan kerumitannya. Aku menjadi perempuan paling perempuan sedunia karena memiliki kamu yang sedetail itu.

Kamu memang selalu pintar untuk urusan membuat sesuatu menjadi lebih benar. Seperti saat ini. Saat kamu merapikan kembali hatiku dan membuatku jatuh cinta.

Aku mencintai caramu berfikir, keunikanmu dalam memikirkan hal yang rumit jadi sederhana, hal yang biasa menjadi memiliki nilai yang tidak ada tandingnya.

Aku mencintai kamu yang kamu.
Tetaplah seperti itu.


(Edisi meromantisasi literasi)

(Coba kamera hape baru kwkw)

(Yang ini belum siap foto)

(Gtw paan emang suka gajelas)

2 Responses to "Surat dari Perempuan Paling Rindu se-Metro"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel