Kepada Andar, karibku. Dan Mereka yang Pernah Gagal: Menyerahlah pada Kegagalan


Setelah beberapa tahun tak bersua, juga tak berkabar. Hujan semalam seperti mengantarmu kemari dengan kisah-kisah perjalanan beberapa tahun belakang ini. Dikemas apik pada sebuah pesan, hingga beralih ke panggilan telephone yang tak genap satu jam karena petir kerap menyapa diluar jendela.

Sebenarnya bukan kabar buruk perihal kegagalan itu, Ndar. Ingat ini, sesekali, kita perlu menyerah pada kegagalan. Untuk sekadar menerima, bahwa aku, kamu, kita dan orang lain barang tentu memang tak bisa perihal itu. Lalu, boleh kita mencari jalan lain untuk menemukan kebahagiaan liyan.

Ndar, beberapa orang pernah mempertahankan sesuatu: Cinta, impian, pekerjaan, atau apa saja yang menurut mereka adalah kebahagiaan hingga tak segan mereka menafikan luka, rasa sakit, kepedihan, dan kegetiran yang bertubi-tubi menghadang. Hanya karena begitu kukuh meyakini bahwa itu adalah kebahagiaan yang paling benar.

Beberapa orang, mungkin tak kebanyakan, menjadi tak peduli lagi pada kebaikan diri sendiri. Wajah yang bercahaya saat melangkah kali pertama perlahan meredup, dipenuhi coreng moreng. Kebahagiaan yang mereka kira akan tergapai dan terpeluk, justru menjauh. Tapi, bukannya berhenti. Justeru, mereka malah terus berusaha meyakini diri sendiri bahwa kebahagiaan itu mampu mereka raih.

Beberapa orang juga, Ndar. Pernah melupakan sesuatu: Wajah, suasana, jalan, dan segala hal baru di tempat yang lain, demi mempertahankan hal yang bukan menjadi milik mereka. Merelakan diri sendiri untuk merasakan sakit dan luka yang tiada habisnya. Padahal, sesuatu yang bukan menjadi milik mereka, sekeras apapun mereka berusaha, tetap tak akan pernah menjadi milik mereka. Sesuatu yang bukan diciptakan untuk mereka, pada akhirnya akan tetap berlalu dan menghilang juga.

Maka, coba duduk dengan sabar lagi sadar. Nafas sebentar. Nanti, akan kusampaikan sebuah rahasia besar. Tak semua orang dapat memahami ini dengan baik. Jadi, dengarlah dengan hati yang lapang; 
“Akan selalu ada yang lebih baik, bahkan dari kebahagiaan yang kau kira paling benar. Kau hanya perlu membuka matamu lebih lebar lagi, memperluas langkah kakimu lebih jauh lagi, membesarkan hatimu sendiri untuk menyerah pada kegagalan, lalu menerima dengan tulus bahwa kau memang tak diciptakan untuk meraihnya. Kelak, akan datang hal terbaik yang benar-benar kau butuhkan, bukan sekadar keinginan yang kau angankan. Sesuatu yang dipersiapkan Tuhan untuk menjadi milikmu yang teristimewa; kebahagiaan yang sempurna.”
Keep your heads up dan stay strong, it's time to let go and move on.


Temanmu, Wahyu.

0 Response to "Kepada Andar, karibku. Dan Mereka yang Pernah Gagal: Menyerahlah pada Kegagalan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel