Novela Arapaima: Sebuah Realita Ketidakadilan yang Melingkupi Perempuan Pekerja #1
Setiap manusia memiliki rahasianya sendiri untuk dibawa pulang ke rumah. Begitu pula dengan 'Aku' gadis 21 tahun yang bekerja di sebuah toko ikan. Hidupnya menyedihkan, buruk, tetapi siapa yang peduli, maka mengeluhi kemalangan adalah yang sebenar-benarnya sebuah kesia-siaan.
Tokoh Aku tidak memiliki kawan, dan memiliki kawan juga tidak begitu berarti, tetapi bukan berarti itu membuat Aku bersikap tidak baik kepada siapapun. Yah, meskipun banyak manusia menyadari bahwa mereka itu dilahirkan jahat, sampai ada yang mengajarinya kebaikan untuk kemudian bersikap baik.
Barangkali keyakinan tersebut menjadikan Aku memilih untuk tidak perlu begitu dekat dengan siapapun, -kecuali dengan suami seorang teman tetangga kamarnya yang setiap hari ia harus memutar ide bagaimana suara desahan orang bercinta itu tidak sampai pada telinganya, yang menambah kemalangan atas kesadaran bahwa ia hanya sendirian di sudut kamar kecilnya. Menanti giliran.
Sehari-hari Aku bekerja menggosoki akuarium yang baunya sangat amis, semenjak setelah tiga minggu membersihkan akuarium menjadi pokok kerjanya, Aku sampai hapal betul nama-nama ikan yang paling mudah dieja sampai dengan yang paling rumit di ingat.
Aku mengerjakan pekerjaannya dengan sangat militan dan baik. Begitu pula dengan rekan kerjanya, -rekan dengan awal perkenalan yang buruk, dan tujuh karyawan di toko ikan itu. Sebagai seorang pekerja, mereka selalu bisa menempatkan dimana tempat yang mengharuskan mereka untuk memilih antara terlihat baik agar untung atau sebaliknya, akan tetapi dalam hidup ini selalu ada tempat untuk setiap manusia melepas topengnya dan menunjukan kebangsatannya.
Leni, beberapa lembar sebelum novela ini selesai saya baca, ia ketahuan mencuri sejumlah uang di toko ikan itu. Tokoh Aku memergokinya dan dia tidak peduli dengan itu. Toh, sebelumnya Aku juga pernah berniat mencuri ikan ghost dan pada akhirnya benar-benar mencuri Arapaima bersama Leni, pemegang kunci toko, dan Kak Pri, Suami teman tetangga kamar yang telah memilihnya sebagai selingkuhan.
Sudah lima hari sejak hilangnya ikan besar Arapaima dari kolam kecil milik toko ikan itu, belum juga di sadari oleh pemilik toko yang genit kepada karyawan perempuannya itu.
Novela ini sepintas terlihat seperti fokus kepada ikan Arapaima, tetapi saya kira, penulis memang sedang menyampaikan secara ringan bagaimana peliknya dunia kerja bagi pekerja perempuan yang kurang beruntung.
Kisah hidup Rahma, Leni, dan Aku diceritakan hampir cukup detail untuk novel sependek ini, Rahma yang setiap hari harus bertengkar dengan suaminya, mengutuknya seharian di depan Aku meski malamnya kembali terdengar mereka bercinta lagi. Leni yang tidak bisa memiliki anak dan harus merelakan suaminya menikahi gadis usia 15 tahun yang telah dihamili. Aku dengan kisah hidupnya yang penuh dengan ketidakpedulian.
Meski begitu singkat, banyak percakapan-percakapan menarik pada novela ini, bagaimana pembaca benar-benar disuguhkan realita yang menyedihkan dari kehidupan, tentu saja dari sudut pandang kelas bawah.
"Bayangkan bahwa gedung megah ini adalah dunia tempat kita sekarang menjalani hidup. Tempat yang paling bawah, lahan parkir, adalah tempat kita tinggal dan menjalani kehidupan selama ini. Panas, pengap, sangat sedikit udara, dan mencekik. Kita menanggung penderitaan dari kehidupan menyenangkan yang berada diatas kita."
"Pasti ada jalan keluar agar kita bisa naik ke atas, kita bisa naik eskalator."
"Yah, bisa juga, tapi apa eskalator cukup untuk semua orang? Kita hanya akan berpindah tempat dan meneruskan penderitaan kepada mereka yang masih tinggal di bawah kita."
0 Response to "Novela Arapaima: Sebuah Realita Ketidakadilan yang Melingkupi Perempuan Pekerja #1"
Post a Comment