Jadilah Sederhana, Kata Ibu
Sebuah nasihat yang terangkum
Tepat pada hari Kartini ini, selain kepada Ibu Kartini, saya juga ingin menorehkan sedikit tulisan untuknya, ibu, sebuah ucapan terima kasih, yang sudah mengajarkan anaknya untuk menjadi sederhana.
Di sore yang tidak ada warna yang sama dengan fajar tanda hari ini berakhir, saya meminta doanya agar dilancarkan studi saya, saya berkata pelan, yang barangkali hanya mampu didengar dengan jarak yang amat sangat dekat.
Ibu bilang, seperti yang banyak orang bilang, bahwa ini bukan akhir, ini gerbang menuju hidup yang sesungguhnya. Meski kadang saya ragu, tidak ada manusia yang benar-benar mencapai makna kehidupan yang sesungguhnya.
Ibu mengajarkan untuk berkelana selepas ini. Pergi sejauh-jauhnya dalam mencari makna, agar tidak terbata mengeja setiap genap ganjil dunia. Agar segan mengamati tingkah polah orang-orang asing yang saya temui, agar belajar dari cerita luar biasa yang terdapat di dalam mereka.
Tentang seorang perempuan tua yang suatu sore membelah senja menuju anaknya. Tentang bapak tua yang tergopoh membawa beban di pundaknya. Tentang sepasang muda yang saling mendekap lalu merentangkan pelukan. Tentang yang pergi dan kembali, juga tentang sepi dan kehilangan tanpa salam yang berarti.
ibu juga berpesan agar anak-anaknya selalu kuat melawan onak. Seperih-pedih apapun luka, pada akhirnya akan menjadi masa lalu juga. Untuk yang satu ini memang tak terbantahkan, caranya bertahan hidup hingga saat ini, ia memiliki teman sejati bernama 'patah hati'.
ibu juga mengajarkan agar yang berkelana, haruslah pulang. sejauh-jauh kaki melangkah, tempat ternyaman untuk kembali adalah rumah. Untuk merebahkan kepala sambil menceritakan kisah-kisah hebat yang sudah saya dapatkan. Menikmati sisa usia dengan kedewasaan pikir dan kerendahan hati. Menjadi seorang sederhana yang mengenal siapa dirinya.
Terima kasih. ❤️
0 Response to "Jadilah Sederhana, Kata Ibu"
Post a Comment