Bincang Kesalingan: Relasi Baru, Perspektif Baru
Berbicara perihal perempuan ini memang tidak akan pernah habis. Selalu saja ada ruang-ruang kosong ditemukan untuk kemudian harus terus diisi.
Belakangan, jujur saya agak merasa sedikit bosan membicarakan keperempuanan. Entah karena stuck, bingung sebab tidak ada yang dibahas, atau kesal karena selalu mengulang pembahasan sama dengan persoalan yang itu-itu saja.
Atau barangkali secara internal sendiri, saya memang kurang membaca, kurang peka dengan isu-isu perempuan, kurang bersosial dengan aktivis-aktivis perempuan lain. Ya hal ini secara sadar juga saya amini, seorang teman yang biasanya masif mendiskusikan perempuan juga sekarang seolah menemukan jalan baru untuk berdialog.
Untuk alasan terakhir ini saya tidak bisa mendiskreditkan juga sih, saya memaklumi karena pembahasan kami memang selalu random, dinamis. Dulu mungkin latah membicarakan perempuan, sekarang latah membicarakan liku-liku kehidupan dalam hubungan, ya lawan jenis, ya keluarga, ya para pedagang. Kami menemukan dunia baru, tapi sebenarnya kami juga tetap mencari relevansi serupa dengan persoalan perempuan.
Beberapa hari lalu seorang teman menghubungi saya untuk membawakan pembahasan seputar kesalingan. Ketika saya merasa sedang nol memahami persoalan perempuan, lalu diminta untuk membicarakannya kembali. Ya tentu kaget, ya bingung. Hanya dengan bermodalkan pernah membaca buku Qiraah Mubadalah dan sekali mengikuti ngaji KGI saya merasa belum pantas cum belum siap.
Saya sempat tidak langsung mengiyakan, percaya diri selalu memerlukan proses yang tidak sebentar. Kemudian saya yakinkan diri saya terlebih dahulu bahwa sebenarnya berbicara tentang perempuan adalah juga berbicara tentang 'kamu', diri saya sendiri sebagai perempuan.
Saya mencoba memasukan stimulus ke dalam diri, bahwa barangkali hanya dengan ini, saya kembali menemukan titik baru untuk memahami perempuan, saya akan bertemu bahkan berbincang langsung dengan aktivis-aktivis perempuan yang sudah mumpuni saya pikir.
Benar saja, hari ini saya bertemu dengan mereka. Melahirkan perspektif baru, membahas secara tidak begitu serius tetapi ya relate dengan kehidupan sehari-hari. Mengkonsep wacana Mubadalah yang sedemikian intim, kami sederhanakan dengan analogi kehidupan 'saling' di sekeliling kami.
Saya berterimakasih kepada Komunitas Umbul Teduh yang sudah menyediakan ruang baru untuk perempuan bersuara. Telah menyediakan waktu untuk perempuan memahami relasi kesalingan, belajar lebih mekanis menyoal perempuan, dan tentunya, terima kasih, sudah mau melibatkan perempuan.
0 Response to "Bincang Kesalingan: Relasi Baru, Perspektif Baru"
Post a Comment