Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?

Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?

Minggu kemarin, hariku beralmamater, berjilbab warna mustard, bersepatu rapi, bawahan kain hitam, berbaju putih, berbicara di depan penguji-penguji:

Bismillahirohmanirrohiim. 
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, ...

Selesai ujian, saya kembali terngiang oleh keinginan seminar pada tahun 2019. Sebuah keinginan yang lahir terlalu dini, sebab keinginan itu memang sudah tertanam sejak dua tahun sebelumnya. Namun Tuhan Maha Tahu, kalau saya cuma banyak ingin.

Memasuki 2019 saya sudah benar-benar menyiapkan diri fokus pada skripsi. Berharap bulan September 2019 sudah bisa seminar, syukur-syukur Bulan Maret 2020 diwisuda. Sungguh keinginan yang ndakik-ndakik memang.

Saya tidak tahu apakah hanya saya yang pernah sebegitu lari mengejar wisuda. Terseok-seok. Kelimpungan menuntaskan syahwat akademik yang pada akhirnya malah menggiring saya pada prinsip feodal. Menjadi manusia ansosial, individual. Atau memang ada saya yang lain, yang tidak sedikit barangkali.

"Capek."

"Nggak papa, masih ada hari esok untuk menemui dosen"

"Nggak papa, ini sebagian dari perjuangan. Semangat"

Bentuk sambat dan motivasi untuk diri sendiri yang tidak pernah libur saya dengungkan ke telinga yang tak kasat mata. Memotivasi diri dengan giuran lulus dengan cepat. Sampai tidak sadar sudah push diri terus. Sampai tidak mau merasa ada selain diri sendiri yang juga melawan tuntutan dari segala arah.

Saya semakin menyadari ketika banyak sekali teman saya yang mengeluhkan hal serupa. Mereka yang terlalu bersemangat, sampai lupa bahwa mereka juga manusia, yang lama bertetangga dengan gagal dan berhasil.

Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?

Kita bisa lobi Tuhan dengan rencana-rencana. Tapi menjalaninya dengan sedikit memberi kepasrahan juga tak ada salahnya, barangkali hanya dengan itu kita tahu, kita manusia, tidak semua harus sesuai dengan keinginan kita.

Gagal maupun berhasil. Diri sendiri berhak mendapatkan rewardnya, bukan semata-mata karena hasilnya, akan tetapi untuk kesediannya yang sudah kamu ajak terus berjuang, lalu terforsir. Berterimakasihlah, karena sudah mau bertahan, sudah mau berjuang, melewati garis yang terjal, yang membawamu tersesat dan bingung dahulu untuk sampai pada 'binar' mu.

Nafas sebentar, apa sih yang dikejar? :)



0 Response to "Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel