Dagang dan Hal-hal yang Menyenangkan
Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) memanjakan empat pilar minat terbesar saya; belajar, bersenang-senang, jalan-jalan, dan dagang.
Sebagaimana kesenangan saya mayeng sana-sini, muter-muter tidak tahu juntrungan, kadang juga muter kepala, maka perihal uang pun saya usahakan untuk muter. Ya karena bagaimanapun, uang itu sama halnya dengan kita. Kalau tidak diputar (gerak) hanya akan bikin was-was dan sakit-sakitan, sakit pinggang, sakit encok, dan sakit-sakit lain.
Memutar uang dengan apa? Dagang. Saat berprofesi apa saja, profesi sebagai pedagang memang tidak pernah bisa dilepas begitu saja. Saya baru memercayainya ketika saya sudah benar-benar merealisasikannya sebagai pedagang. Sebab saya pernah sama sekali merasa tidak bisa berdagang, terlebih saya lahir dari keluarga yang tidak memiliki notabene seorang pedagang.
Berawal dari dagang cilok pelangi dan nasi tiwul di awal-awal payungi launching lalu resain karena merasa bukan passion, sampai kembali berdagang lagi, dagang sosis goreng, telur gulung, dan sekarang tahu gejrot, dan akan menambah produk makanan lagi berbahan dasar susu.
Yang awalnya ragu, ternyata semakin kesini saya semakin termotivasi untuk terus berdagang, lebih termotivasi lagi karena membaca riwayat sahabat Nabi, salah satunya Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman bin Auf memiliki bakat dagang yang tidak bisa dipertanyakan lagi sebab kelihaiannya bermanuver di pasar. Rezeki bagi Abdurrahman bin Auf adalah jalan untuk membuka kebaikan lebih banyak. Itulah sebabnya mengapa di antara sahabat Nabi yang pernah kaya Ikuti lewat pelbagai bacaan, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu yang sangat saya kagumi.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang realistis. Selain masjid, salah satu tempat yang akrab dengannya adalah pasar. Abdurrahman bin Auf ini adalah orang paling bergairah setiap kali melihat pasar. Maka tak heran jika seorang Nabi pun terbantu banyak olehnya.
Dari sosok Abdurrahman bin Auf ini saya belajar, bahwasannya agama itu tetap realistis. Saya tidak akan bisa serius berbincang dengan Tuhan (doa), jika kepala saya masih dipusingkan urusan dapur. Itulah kenapa Pasar Yosomulyo Pelangi bagi saya dapat menjadi tempat yang juga memenuhi dahaga spiritual.
Meskipun transaksi yang saya peroleh juga pas-pasan, akan tetapi tetap saya lakoni dengan sumeh. Maklum, sebagai mahasiswa yang kerjanya tidak jelas dan serampangan, saya mencoba memberi waktu tersendiri untuk mengumpulkan tenaga agar bisa dimanfaatkan berdagang di Payungi pada setiap hari Minggu pagi.
Bagaimanapun juga, di sini, lagi-lagi tidak melulu keuntungan materil, di sini saya bisa melihat dengan jelas bagaimana berharganya waktu dan bagaimana pedagang-pedagang di Payungi menghargai waktu berdagang yang berlangsung satu kali dalam sepekan ini. Dan pedagang-pedagang yang acap beredar kadang disamping saya atau jauh di ujung pohon bambu bagian barat sana, adalah orang-orang yang tentu saja berhasil membuat saya kagum.
Mereka adalah orang yang cerdas memanfaatkan peluang sekaligus menghargai waktu. Sedari sebelum matahari memunculkan sinarnya, saya sudah banyak belajar saja dari mereka yang memikul dan menyiapkan dagangan, bahwa bagaimana menghadapi hidup itu seharusnya tidak perlu memusingkan soal berat tidaknya, rumit tidaknya, tapi bagaimana menghadapinya dengan sekuat mungkin.
Di Payungi ini memang banyak sekali menyimpan atau barangkali berhasil melahirkan orang-orang yang menginspirasi. Mereka benar menginspirasi dari cara menyapa, bertegur sapa, bahkan lewat keringat mereka. Barangkali hal inilah yang menjadikan di Payungi ini, dari pedagang sampai pembeli bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan. Mereka dengan caranya sendiri menegaskan bahwa bekerja dan berkeringat itu selalu menyenangkan.
Awalnya saya pernah gengsi untuk memulai berdagang, akan tetapi semakin kesini ternyata menyenangkan juga, belum lagi karena merasa ikut menghayati bagaimana cara mereka hidup menghidupi. Berdagang bisa sekaligus belajar menegaskan pada diri sendiri, melakukan sesuatu tidak melulu soal modal besar.
Saya sendiri mengawali kegiatan dagang dengan modal seadanya, patungan dengan teman saya. Sampai pernah ada yang mempercayakan, ambil barang dulu, lalu bayar setelah pembeli membayarnya.
Dan ternyata, kejujuran juga bisa menjadi modal berharga, bahkan sangat berharga. Kejujuran juga bisa membuat hubungan antar pedagang di sini semakin baik dan lebih baik. Dengan begitu, bukan tidak mungkin jika jalan rejeki juga akan kian membaik.
Pedagang suka kejujuran. Jika kamu bisa membuktikan kejujuran itu, mereka bisa menjadi sahabat terbaikmu. Tidak apa-apa jika kamu mengawali dagang dengan modal terbatas, kejujuran bisa membantu kamu menemukan jalan tanpa ada lagi batas-batas.*
0 Response to "Dagang dan Hal-hal yang Menyenangkan"
Post a Comment