Selamat Hari Buruh untuk Buruh Konten yang di Hari Libur Tetap Bikin Design Ucapan Hari Buruh

Tulisan ini sebenarnya lahir atas permintaan Ahmad Mustaqim yang sedari pagi, -ketika lini sosial media penuh dengan hiruk pikuk perayaan hari buruh, sudah memikirkan nasib buruh konten di era sekarang ini. Saya pikir kegelisahannya bukan tak beralasan, sebagai seorang konten kreator atau sederhananya tukang konten, barangkali, kegelisahan yang lahir dari kepalanya tak lain adalah untuk dirinya sendiri, mungkin juga diri saya dan teman-temannya di luar sana.

Saya menyetujui pernyataannya, bahwa memang seringkali konten kreator dilupakan kesejahteraannya yang juga sebagai buruh, hanya karena pekerjaannya tak terlihat menunjukan adanya benjolan otot-otot tangan, tak terlihat tubuhnya bermandikan keringat, dan jarinya tak sibuk memainkan kalkulator juga pena. Atau mungkin saya lupa, tukang bikin konten tak pernah memiliki status sosial di dunia pekerja. Ia dianggap sebagai skill sampingan yang hanya sewaktu-waktu dibutuhkan saja. Konten kreator tak pernah memiliki keistimewaan sendiri di sebuah perusahaan maupun instansi, ia bukan pekerja berarti.

Perihal yang satu ini, saya jadi ingat beberapa waktu lalu sempat menemui keriuhan di WhatsApp grup perihal betapa tidak professionalnya pamflet pemerintahan yang diposting di media sosial resminya. Komposisi warna yang tabrak lari, resolusi poto yang tidak HD, font yang campur sari, ditambah lagi dengan tidak adanya caption dipostingan tersebut, menjadi hal yang paling disoroti dan membuat antar member saling berkelit akan perspektifnya masing-masing.

Beberapa menganggap kemirisan itu lantaran tidak kompatibelnya pegawai yang direkrut, kesan perekrutan secara asal-asalan menjadi dasar pendapat itu dibenarkan, kedua; bahwa bisa jadi juga, produk design yang dihasilkan adalah yang benar-benar sesuai dengan fasilitas dan budget yang diberikan, dalam artian, harga membawa rupa. Ya bisa saja, ia melakukan pekerjaan itu di luar jobdesc yang tidak masuk counting salary, fasilitas memakai kepunyaan pribadi, maka yang dikerjakanpun cukup seadanya.

Saya rasa kedua pandangan tersebut tidak ada yang salah, karena jika boleh saya jujur, ya memang itu yang sedang terjadi di lingkungan yang saya temui, atau barangkali juga teman-teman saya yang sedang menekuni bidang yang satu ini, -yang kita sepakati sebagai kerjaan tusuk sate, -cari konsep sendiri, design sendiri, posting sendiri, bikin caption sendiri, nge-share sendiri. Kwkw

Oke, poin pertama, mungkin saja benar, seperti yang saya tuliskan di atas bahwa tukang konten seringkali tak dinilai sebagai pekerja yang berarti, maka boleh jadi, sebagian instansi/perusahaan memandang sepele untuk yang satu ini, dan beranggapan bahwa siapapun bisa mengerjakannya, tidak peduli output seperti apa yang akan mereka terima, terlebih jika ini hanya masalah pemenuhan administratif, segala hal dikerjakan seadanya karena yang dibutuhkan memang hanya yang penting 'ada'.

"Ya udahlah buat-buat aja siapa yang lagi longgar, yang penting infonya hari ini naik." Ya kira-kira akan seperti ini cerminan isi dari grup WhatsAppnya. Kwkw

Dan, ya, saya lupa mengatakan bahwa, anggapan 'sepele' semacam ini juga sangat mengancam para konten kreator independen di luar sana. Saya tidak bisa membayangkan betapa tukang konten ini harus menukar waktu, tenaga, dan kekreatifitasannya dengan 3M (Makasih Mas/Mbak) atau "Lah cuma gini doang, lima ribu aja ya." Sesuatu hal yang tidak mudah, tapi bisa didapatkan dengan sangat murah.

Jadi, kalau kamu merasa pernah meminta design secara gratis ke teman-temanmu atau menawar dengan harga yang tidak lagi manusiawi, padahal itu untuk kebutuhan menaikkan profitmu, saya terpaksa mengatakan kenyataan yang getir ini, tapi kamu juga harus tau jika kamu dengan sadar sedang membunuhnya secara perlahan. Untuk yang satu ini silakan digaris bawahi.

Poin kedua, ini adalah yang paling mungkin terjadi, saya pernah membaca tweet yang mengatakan bahwa, kurang lebih; "jika di tempat kerja, jangan sampai kamu menunjukkan skill yang ada di luar jobdesc kamu, kecuali jika memang bos kamu bisa menghargai skill kamu lebih." Memang benar adanya, bayangkan saja jika pekerja dihadapkan oleh hal yang satu ini, ia harus mengerjakan pekerjaan diluar jobdescnya yang hanya dibayar dengan pengakuan loyalitas terhadap atasan dan perusahaannya, dan mengesampingkan pekerjaan utamanya, bahkan merelakan hari libur demi memenuhi konten-konten di hari libur itu sendiri.

"Ya meskipun kamu head manager kan kamu bisa design, bisalah bantu-bantu, itung-itung ini bentuk loyalitas kamu." 

Sekali dua kali nggak masalah sih, tapi kalau sudah sampai membuat pekerjaan utama berantakan kan juga repot. Apalagi sampai memiliki permintaan yang berkualitas tinggi, padahal fasilitas pun tidak memadai.

Saya tidak mengatakan bahwa semua orang, perusahaan, atau instansi beranggapan dangkal seperti itu. Saya percaya bahwa masih ada yang mengerti, -terlebih di jaman serba online ini, kehadiran para tukang konten untuk membantu promosi bahkan menunjang eksistensi ini, sangat berdampak. Mereka memiliki value dari ide dan kreatifitas yang mereka tawarkan untuk membuat yang Anda miliki itu unik dan kompetitif, sehingga Anda berani membayar ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan selama bertahun-tahun lamanya, bukan pekerjaan yang berhasil mereka selesaikan pada menit ke lima.

Saya hanya berharap, ke depan banyak yang semakin sadar betapa pentingnya posisi ini, jika memungkinkan adanya perekrutan posisi tersebut, hargailah dengan bayaran yang layak. Atau, jika ada salah satu pegawai yang bisa mengerjakan ini yang kemudian mereka harus mengambil 'double job' berilah upah sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Jangan anggap lagi pekerjaan ini sebagai pekerjaan bayangan.

Pekerjaan ini tetap membutuhkan waktu, tenaga dan ide yang perlu dikeluarkan untuk hasil yang tidak main-main, dan sama seperti halnya buruh pabrik, buruh tani, buruh migran atau buruh bangunan dan lain-lain, kesejahteraan buruh konten juga perlu diperjuangkan.

Selamat Hari Buruh, semoga semua buruh mendapatkan hak dan keadilannya. Salam.




1 Response to "Selamat Hari Buruh untuk Buruh Konten yang di Hari Libur Tetap Bikin Design Ucapan Hari Buruh"

  1. Hasil diskusi sepertinya menarik kalau di tulis begini terus ❤️ | Selamat Hari Buruh, semoga semua buruh mendapatkan hak dan keadilannya. Salam.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel