Selamat Menjadi Ketua, Ahmad Mustaqim!
Melewati tahun-tahun di Payungi, sedikit banyak memberikan saya ilmu dan pengalaman baru perihal pemberdayaan masyarakat dari teman-teman penggerak, meskipun berkali-kali masih saya sesali, bahwa saya belum juga mulai mencobanya di lingkungan sendiri.
Tentang kemalangan itu, saya pernah coba menyampaikan kepada Ahmad Mustaqim , saya ingin juga menggali perspektif lain dari pengalaman Pasorpring yang belum bisa memberikan 'pemahaman' esensi dari pemberdayaan cum gotong-royong, sebab katanya, Pasorpring lahir terlalu dini dan terburu-buru, sedangkan ekosistem belum terbentuk sama sekali.
Seiring berjalannya waktu, Pasorpring belum juga memiliki titik temu, sampai keyakinan untuk melahirkannya lagi di tahun 2020 harus dibiarkan tanggal. Namun, bukankah selalu ada potensi bagi siapa saja yang tidak alergi terhadap pengetahuan, akan selalu ada hasil bagi siapapun yang mau bergerak?
Sebelumnya, saya sedikit tahu bahwa Mustaqim sedang bergelut di Karang Taruna, Biang Kerox, dan yang paling belia, -Kampoeng Dolanan dan Lensa Purwosari. Jika saya tidak sok tahu, barangkali keempat hal itu adalah ruang yang sengaja ia ciptakan untuk generasi-generasi muda, sebab ia sadar, -mengambil pengalaman dari Pasorpring, tak mudah menyampaikan 'pemahaman' kepada generasi yang lebih dulu, atau mungkin maqom seni memberi 'paham' itu masih belum fasih ia mainkan.
Seperti biasanya, ia tidak terlalu menggebu-gebu untuk mengerjakan hal-hal di atas. Semua berjalan apa adanya, sesekali mengadakan acara nobar film lokal dengan masyarakat, membuat mainan jadul bersama anak-anak, membuat film dan video pendek, dan mendokumentasikan Purwosari dari berbagai angle. Dan kepada anak-anak, ia tidak pernah memaksa harus 'sedemikian rupa', baginya dunia anak adalah dunia imajinasi, dan ruang itu, jangan sampai terbentuk hanya untuk membatasi.
Sama halnya dengan yang satu ini, setelah akhir tahun lalu digelar acara musyawarah karang taruna, kemarin Mustaqim di kukuhkan sebagai Ketua Karang Taruna Kelurahan Purwosari. Sebagai seorang yang yakin akan kemampuannya, saya percaya akan ada hal-hal baru yang bisa ia kerjakan dengan progresif bersama teman-temannya.
Namun ia membantah hal itu, "Menggerakkan orang, kalau ada duitnya itu bisa saja mudah. Tapi setelahnya? Ekosistem tidak lebih dari sekadar hal yang bisa diperjualbelikan. Dan biar bagaimanapun, aku belum selesai dengan persoalan ekonomi. Bukan juga itu akan jadi alasan untuk berhenti, maka sekarang ini yang perlu aku lakukan adalah belajar 'seni' mengolah 'rasa memilikinya' mereka terhadap kelurahannya dengan membangun relasi emosional terlebih dahulu, sembari bareng-bareng melakukan kerja-kerja kecil di Purwosari."
Lagi-lagi, begitulah ia. Saya perlu mengerti ini, Mustaqim tidak pernah mengharapkan karang taruna, -paling tidak untuk saat ini, lebih dari sekadar ruang untuk membebaskan para pemudanya berolah pikir dan belajar bergerak secara kolaboratif mulai dari lingkup paling kecil yakni lingkungannya sendiri, juga mendekatkan mereka-mereka yang sebelumnya bukan tidak mungkin tidak mengenali tetangganya sendiri dan jauh dari masyarakatnya untuk kemudian menjadikan karang taruna sebagai wadah untuk 'srawung'.
Selamat menjadi Ketua, Nyo. Hirarki antara ketua dan anggota memang seperti mustahil dihapuskan, maka sekecil apapun gerakan, hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan prinsip kesalingan, -mubadalah, corak gotong-royong yang diwariskan pendahulu. Jangan sampai hanya untuk bertemu, anggotamu harus melewati pagar langit berlapis tujuh.
Sekali lagi selamat, tetaplah bergerak dan rendah hati, semoga bisa menjadi manusia yang saleh secara ritual juga sosial. Aamiin.
0 Response to "Selamat Menjadi Ketua, Ahmad Mustaqim!"
Post a Comment