Konten Nikah Muda dan Hal-Hal Yang Luput Dari Pembahasan
Saya rasa tak perlu membantah kalau akhir-akhir ini, melampaui covid-19, dunia sudah dipenuhi dengan perihal ngewe. Bagimana tidak, jika urusan selangkangan saja, kini, sedang sange-sangenya dijadikan sebagai konten, tidak hanya oleh mereka yang open BO tetapi juga pasangan menikah.
Sepintas, memang, tidak ada urusannya dengan kita. Mau ditonton ya silakan, tidak, juga tidak melahirkan kerugian di antara keduanya. Namun, lain cerita, kalau perihal ini dijadikan campaign oleh pasangan 'nikah muda' yang sedang viral akhir-akhir ini, -yang padahal membedakan nikah muda dengan kawin anak saja masih sukar. Kalau sudah begini, rasanya tidak mungkin kita akan tetap memilih untuk masa bodo.
Belum lagi, perihal ngewe yang dibungkus dengan dalil-dalil agama ini, siapa yang kemudian tidak langsung mendatangi channel tersebut dengan berbondong-bondong yang seolah, -menurut saya, kok malah seperti sedang berlomba-lomba dalam mendapatkan kebaikan. Sungguh pemandangan yang Masyaallah Tabarakallah.
"Tapi, kan. Ini sex edu, ukh?"
Sex edu gundulmu! Silakan lihat, dan tidak perlu riset yang ndakik-ndakik lah, toh, sudah sangat jelas bahwa konten tersebut tidak sedikitpun menyinggung perihal sex yang mengedukasi, yang ada hanya dua insan di bawah umur yang mau memberi tahu kalau tidur ada yang nemenin itu enak, berhubungan intim setiap malam bisa dengan mudah,-bonus pahala, dan serentetan rasa 'nikmat' yang berkecamuk di malam pertama.
Banyak sebenarnya yang kemudian menyayangkan couple-fillah ini, memangnya tidak bisa ya jika seharusnya kawin anak yang malah dipahami sebagai nikah muda ini tidak perlu dikampanyekan. Apalagi yang jelas-jelas dipertontonkan hanya perihal 'ranjang'.
Jumlah penonton dan followers yang banyak juga sebenarnya melahirkan kekhawatiran bagi saya pribadi. Jangan-jangan, nantinya, konten tersebut akan menyasar ke anak-anak muda yang kebanyakan masih labil secara mental, yang masih berpikir bahwa tugas sekolah bisa selesai hanya dengan menikah. Melupakan kehidupan setelah menikah. Ketidaksiapaan financial dan reproduksi yang menjadi ancaman tersendiri. Apalagi ketigal hal di atas, jarang sekali dibahas oleh pasangan nikah muda.
"Rasanya seranjang di malam pertama dengan suami, rasanya hamil di umur 17 tahun, ukhti sudah siap nikah muda?"
Menikah memang bukan hal yang salah, akan tetapi kawin anak jelas tidak bisa dibenarkan, persoalan seputar reproduksi juga seharusnya membutuhkan pertimbangan yang matang mengingat taruhannya adalah dua nyawa sekaligus.
Jika memang merasa bahwa menikah di bawah umur maupun nikah muda itu suatu pencapaian, bukankah alangkah lebih baik bisa membuat konten yang positif selain konten 'ranjang'. Senada dengan apa yang pernah di sampaikan mbak Kalis pada caption Instagramnya lalu, masih ada banyak bahan pilihan untuk dijadikan konten yang baik, educated cum manfaat.
Miris memang, ketika nikah muda masih sangat keras digaungkan, akan tetapi hal-hal yang lebih urgent malah luput dari pembahasan. Sampai saat ini, saya malah sering mendapati sisi negatif dari 'nikah muda' padahal tidak semua pelaku nikah muda itu selalu gagal. Selain itu, di sisi lain, nikah muda, ya malah ramai dijadikan ajang pembuktian ngewe secara halal untuk menghindari zina, tidak lebih tidak kurang.
Saya berencana nikah muda, akan tetapi rasanya di tengah hiruk pikuk gerakan nikah muda kok saya malah haus edukasi. Jarang, bahkan hampir tidak pernah saya dapati ada konten 'nikah muda' yang membahas seputar financial. Bagaimana cara memetakan pendapatan, harus berapa persen dari gaji untuk makan sehari-hari, berapa persen dari pendapatan untuk memiliki rumah (bagi yang belum punya), berapa persen dari pendapatan untuk ditabung, dll.
Pun, persiapan mental dan reproduksi. Dimana ketika seringnya saya mengikuti seminar pra nikah maupun mengikuti konten-konten nikah muda, kedua hal ini adalah hal yang hampir tidak pernah tersentuh. Padahal persoalan di atas, telah menyumbang banyak angka perceraian, kekerasan, sampai kematian di dalam rumah tangga.
Seharusnya pelaku atau gerakan yang mengusung 'nikah muda' perlu membahas hal yang lebih dari sekadar kemesraan, tidak gencar menyeru 'nikah muda' dengan ditambahi label menghindari 'zina' tetapi minim memberi pengetahuan penanganan kekerasan seksual. Seharusnya, pelaku nikah muda bisa menjadi salah satu acuan, bahwa menikah, selain memperhitungkan usia, juga perlu memperhitungkan hal-hal yang menjadi maslahah bagi keduanya, juga lingkungannya.
0 Response to "Konten Nikah Muda dan Hal-Hal Yang Luput Dari Pembahasan"
Post a Comment