Workshop & Diskusi Urban Farming WES Payungi; Pola Tanam Sehat yang Mudah Di Lahan Sempit
Lahir dan besar di lingkungan yang masih lumayan luas lahan untuk bertani dan berkebun sebenarnya membuat aku, merasa sedikit asing dengan pola tanam kota. Barangkali ini yang juga disebut privilese.
Bukan tidak beralasan, hampir setiap hari aku melihat bapak memenuhi lahan yang ada, entah itu halaman depan maupun belakang rumah yang ditanami sayuran, buah, umbi-umbian, obat keluaga, juga bumbu-bumbu dapur untuk dijadikan konsumsi sehari-hari.
Mungkin hal itu juga yang membuatku belum terlalu sensitif terhadap isu lingkungan yang semakin kritis; bukan hanya dari sisi luas lahan akan tetapi juga perihal kesadaran petani muda untuk menanam pangannya sendiri. Karena di rumah pun, yang rajin menanam hanya bapak dan ibu, kami anak-anaknya cukup ala kadarnya.
Kemarin (25/09) WES Payungi mengadakan workshop dan diskusi bertema urban farming. Ini adalah kali pertama diskusi sekaligus langsung praktik, karena selain bergerak di isu Perempuan, WES juga bergerak di isu lingkungan.
Urban farming yang dibahas kali ini masih pada seputar pembahasan Microgreen: pengertian, manfaat, tata cara pembudidayaan sampai pola pemasarannya. Setelah diskusi, kami langsung praktik menanam microgreen di nampan berukuran kecil. Prosesnya juga mudah dan pertumbuhannya tidak membutuhkan cahaya matahari. Jadi, ya Microgreen ini selain menjadi solusi menanam mudah di lahan sempit, juga bisa menjadi solusi pangan sehat yang bisa kita tanam sendiri dalam waktu yang tidak panjang, sekitar 7-21 hari panen. Kandungannya sendiri juga bisa mencapai 40% lebih banyak dari tanaman dewasa yang biasa kita konsumsi.
Sebelumnya, aku belum kepikiran sebenarnya kenapa pelatihan pola tanam perkotaan ini juga penting aku ikuti, toh, masih ada lahan yang cukup untuk aku tanami sekadar untuk konsumsi pribadi.
Setelah hampir dua jam diskusi interaktif mengenai urban farming dan Microgreen, aku baru menyadari, bahwa mungkin saja ke depan lahan-lahan pertanian dan perkebunan akan tergantikan dengan semen dan beton perkotaan. Dan itu akan membuat kita semakin kesulitan menanam sayuran sehat yang paling tidak untuk dikonsumsi pribadi. Membeli pun, mungkin harganya sudah tidak terbilang terjangkau lagi.
WES Payungi, pada workshopnya kali ini, ternyata nggak hanya membuat aku pribadi menjadi sadar akan menanam pangan sehat yang bisa dilakukan sendiri tanpa perlu memakan banyak tempat, akan tetapi, ini adalah juga soal pengetahuan yang menjadi hak-haknya generasi selanjutnya. Jika sampai pada masanya kemudian kita gagal mewarisi lahan yang luas untuk bertanam, kita masih bisa mewarisi pengetahuan dalam memanfaatkan lahan-lahan yang ada untuk tetap dapat ditanami.
0 Response to "Workshop & Diskusi Urban Farming WES Payungi; Pola Tanam Sehat yang Mudah Di Lahan Sempit"
Post a Comment