Tahun Kedua Memperingati Hari Lahir Dengan Orang yang Sama

Tahun ini adalah tahun kedua saya merayakan hari lahir saya bersama Sinyo, Ahmad Mustaqim, atau barangkali kamu lebih mengenalnya sebagai sandallll, tidak masalah, kita selalu memiliki panggilan tertentu kepada seseorang, begitu pula dengan bagaimana kita menyampaikan do'a.

Tidak ada perayaan sebagaimana remaja edgy pada umumnya, mengadakan party di kafe, memotong kue tart, memasang balon warna-warni, meniup lilin dan menyuapi tart satu persatu, tidak ada. Tahun-tahun yang saya lewati juga tidak menjadi sepi hanya karena tidak ada hal di atas itu.

Bahkan saya pernah hampir-hampir lupa dengan peringatan yang masih dipercayai sebagai hari sakral tersebut, tidak ada campur tangan ideologi dalam hal ini, namun, memang terkadang, semakin bertambah usia-usiamu, hanya sedikit saja perayaan yang dapat kau ingat, -yang karenanya kau bisa ambil hari libur untuk sekadar berkumpul bersama keluargamu. 

Ya, ini adalah tahun kedua saya merayakan hari lahir dengan Sinyo, seseorang yang tak pernah saya bayangkan akan menemani bagian dari hari-hari saya, seseorang yang saya semogakan dapat berbagi 'saling' untuk perayaan hari-hari lahir yang akan datang nanti.

Tahun kedua, dua kali juga ia membawa bingkisan spesial sebagai citra afeksi seorang kekasih, pertama, dengan dibungkus koran yang berisikan opini kemanusiaan dan perempuan, dengan pita warna merah tua yang ia simpul dengan rapi, juga berisikan secarik doa-doa dan kalimat cinta yang tak pernah saya lupa, mengutip dari Sapardi, ia menuliskan bahwa karena ia mencintai, maka ia tak kan pernah membuat do'anya terhenti.

Kedua, ini adalah hadiah yang lagi-lagi tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, kotak kecil seperti kotak jam tangan, masih sama dengan tahun sebelumnya, dibungkus koran, -tapi kali ini tidak ada opini berarti, dan masih dengan pita merah tua yang diikatnya rapi.

Sore di taman sejuta umatnya kota Metro, satu hari setelah ulang tahun saya, di mana orang-orang setiap tahunnya masih memperdebatkan hal serupa sembari saling kafir-mengkafirkan, ia memberikan kotak kecil itu, meminta saya membukanya di hadapannya. 

Kotak jam tangan itu berisi satu amplop yang di dalamnya terdapat amplop-amplop lian, tulisan serupa petunjuk arah kemana saya akan menemukan hadiah itu. Saya masih menemukan sedikit bait doa bersama dengan ucapan di kertas-kertas tersebut, meskipun sudah banyak sekali ia sampaikan doa dan selamat melalui lisan yang tak henti-hentinya saya dengar di hari itu. Kamu memang bandel, Nyo. Selalu membuat geram dan jatuh cinta di kali yang sama.

Dibuatnya lebih geram lagi ketika saya merasa dikerjai dengan kotaknya, yang ternyata isinya menunjukan betapa beberapa tahun bersamanya membuat saya sadar bahwa saya kini lebih taktis terhadap nominal rupiah. Yak, ajakan belanja dengan limited nominal di dalamnya! Hahaha

Antara tidak punya ide mau memberi apa, atau memang ini merupakan ide briliannya yang selalu ia agung-agungkan selayaknya ketika menang argumen atau ketika mampu memecah masalah dan mendapat solusi lebih cepat dari saya. Begitulah, ia selalu bisa ditafsirkan dengan bagaimanapun, tapi sayangnya tidak akan ada yang lebih tepat, maka saya lebih memilih mencintainya daripada menafsirkannya.

Akan tetapi, Nyo. Di antara yang pernah, di hari yang di mana aku telah kehilangan satu tahun sisa umurku, ada 'permintaan dan pemberian' yang tak selalu bisa dibungkus koran-koran dan diikat pita merah, lebih dari itu, mari kita berdoa untuk waktu-waktu yang akan datang, kita akan terus bergandeng tangan tanpa pernah merenggang. Bercerita dan mengerjakan apa saja. Belajar bermanfaat kepada sesama. Tidak atau untuk mendapatkan uang, kita tetap merawat buku-buku yang berakhir di pembeli atau di kepala kita sendiri

Terima kasih, Nyo. Semoga aku tetap menjadi manusia yang menyenangkan untuk kamu cintai dan bersamai dalam membangun peradaban maupun mencari pendapatan. Semoga tahun ini, tanpa perlu menjadi member Indonesia Tanpa Pacaran dahulu, kita tetap bisa memakai tagline indahnya menikah setelah pacaran, eh enggak, pacaran setelah menikah

Orang yang mencintaimu dengan egois, Wahyu Puji.




1 Response to "Tahun Kedua Memperingati Hari Lahir Dengan Orang yang Sama"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel